Header Ads

9 Tips Memulai Bisnis Wedding Photography di Indonesia (Part 1)


Wedding Photography adalah salah satu bisnis yang cukup menguntungkan dan terlihat sangat mudah untuk dilakukan, cukup memotret dan dibayar. Tapi tidak seperti itu kenyataannya banyak hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan dalam bisnis wedding photography ini.

Di dalam video ini saya akan membahas 9 tips untuk memulai bisnis wedding photography, semoga bermanfaat baik untuk para photographer yang akan memulai membuka bisnis ini.

VERSI VIDEO :




1. SIAPKAN MENTAL
Mental disini sangatlah penting sebagai dasar untuk diri kita bahwa kita harus menyiapkan mental untuk beberapa hal yang akan kita hadapi nanti seperti client yang rewel, acara yang ramai, mungkin kita tidak terbiasa dengan banyak orang, client ini banyak maunya, kita harus menyiapkan diri kita sebaik mungkin bahwa acara ini sangatlah penting. 

Mentally Prepare
Wedding photography bukanlah pekerjaan 1 hari selesai, ada post processing seperti editing, cetak, finishing album, backup soft file, dll.
Resikonya juga besar, kita membawa alat senilai puluhan juta rupiah ke venue wedding dan harus kembali ke rumah dalam keadaan lengkap dan utuh.


Kita tidak boleh melakukan kesalahan apapun, ini adalah bisnis yang beresiko, jika kita menghilangkan data client sebelum sempat dicetak maka bisa jadi kita terkena tuntutan hukum dan ujung ujungnya adalah penjara.

Jadi kita harus bisa menjaga keamanan data-data tersebut, mental kita harus benar benar siap dan harus memiliki mental yang baik, jangan sampai jika acaranya tidak sesuai seperti yang kita harapkan mental kita langsung down dan mempengaruhi hasil dari photography kita, itu sebisa mungkin harus dihindari.

Prepare for the worse
Dalam acara wedding, pasti selalu ada masalah yang terjadi, seperti lampu flash tidak menyala, cahaya matahari yang bocor ke pelaminan, hujan yang dapat merusak alat, atau pengantin yang jutek. Kita harus dapat menghandle dan mencari solusi untuk semua masalah yang muncul, dan mengutamakan keselamatan alat serta menyelesaikan pekerjaan.

Terus juga kita harus menyiapkan mental kita untuk segala kemungkinan terburuk, jangan hanya mengharapkan kita mendapatkan acara di tempat yang bagus, pengantin yang cantik, pengantin yang langsing, kita tidak pernah tau apa yang akan kita hadapi nanti, bisa saja kita memotret di tengah lapangan, di dalam ruangan yang sempit, atau mungkin pengantin wanita memiliki tubuh yang sangat besar, kita harus mampu menghandle semua itu dan disitulah saat mental kita benar benar diuji dalam menyelesaikan pekerjaan ini.


2. PELAJARI SKILL PHOTOGRAPHY
Kita tidak bisa hanya memiliki sebuah kamera lalu memotret wedding photography, kita harus memiliki pengetahuan dasar tentang skill photography tersebut. Karena kita tidak bisa datang ke sebuah acara wedding lalu memotret seenaknya kita, dengan asumsi nanti juga di edit. Kita harus memiliki skill dan mengerti apa itu settingan kamera, white balance, komposisi, angle, dll, yang membuat kita sekali memotret itu bagus hasilnya.

Setiap alat berbeda
Kamera 1 dengan kamera lain berbeda jika berbeda seri meskipun 1 merk, kita wajib memahami letak tombol tombolnya dimana, lalu mengetahui cara yang cepat untuk mengganti settingan.
Tidak ada waktu untuk mempelajarinya di venue wedding, moment yang tidak didokumentasikan dengan baik tidak dapat diulang kembali



Jangan sampai kita terkesan asal memotret dan hasilnya sama seperti seorang amatiran yang memiliki kamera DSLR, karena client sudah membayar kita, jika mereka puas maka itu akan menjadi feedback yang baik buat kita, tapi jika hasil kita jelek, tentu mereka akan kapok, apalagi jika attitude kita kurang baik seperti ngomong seenaknya, datang terlambat, dsb.

Mempelajari Basic Photography adalah wajib
Shutter speed, aperture, exposure, iso, komposisi, white balance, angle, pose dan hal lainnya didalam basic photography wajib kita pahami dan kuasai. Akan terlihat berbeda orang yang hanya memotret dengan orang yang memiliki skill photography meskipun menggunakan kamera dan lensa yang sama.

Kalian bisa mempelajari skill photography ini dengan cara kursus, otodidak atau mengikuti photographer lain sebelum terjun langsung. Karena skill photography ini adalah wajib, jika kita ingin terjun di bidang ini.


3. INVESTASI ALAT DAN KUASAI
Untuk membuka bisnis wedding photography ini memerlukan modal yang tidak sedikit, kamera yang harus kita beli juga bukan kamera entry level, tidak disarankan seperti itu karena akan mempengaruhi hasil. Kebanyakan client sekarang orang yang mengerti kamera, tidak mungkin mereka menghabiskan 10 juta rupiah untuk menghire kita mendokumentasikan acara pernikahan mereka dan ketika mereka mengetahui kita menggunakan kamera entry level, kita pasti akan di kritik atau di komplain dan itu sangat berbahaya sekali.

Jenis-jenis kamera
Kamera dibagi menjadi 4 jenis, Entry Level (4 digit) seperti canon 1100D, 1200D,, Amatir (3 digit) seperti canon 600D, 650D, Semi Pro (2 digit) seperti canon 30D, 70D, dan Pro (1 digit) seperti Canon 5D, 6D.
Semakin kecil digitnya maka harganya semakin mahal dan semakin bagus kualitas bahan dan hasil jepretannya.

Saya menyarankan untuk membeli kamera semi-pro, karena menyesuaikan dengan target marketing kita apakah mentarget client low class, medium class atau high class. Tidak mungkin kita memotret client high class dengan kamera entry level, dan tidak mungkin pula kita memotret client low class dengan kamera pro karena tidak sebanding dengan nilai investasinya.



Kamera semi-pro bisa digunakan untuk memotret client high class, yang penting adalah lensanya. Kita harus memahami karakter dari masing masing lensa, apakah itu 70-200, 17-40, apakah itu lensa tele, apakah itu lensa wide, harus mengerti tentang penggunaannya dan disinilah arti dari kita menguasai dan memahami alat kita.

Tentukan target marketing
Harga yang mahal harus sebanding dengan kualitas yang ditawarkan, jika kita belum dapat memberikan kualitas yang super bagus, alangkah lebih baiknya kita mentarget kalangan medium to low class.
Client dengan budget yang tinggi adalah client yang menuntut hasil yang berkualitas, alat yang mumpuni, dan skill photography yang dapat diandalkan.

Jangan sampai kita hanya membawa 1 lensa saja dan ternyata di lokasi berbeda jauh dengan yang kita ekspektasikan, misalkan kita hanya membawa lensa wide dan ternyata jarak pelaminan ke spot memotret lumayan jauh sehingga kita tidak dapat melakukan zoom untuk mengambil close up karena tidak membawa lensa tele. 


Tidak punya alat yang bagus? sewa saja
Banyak tempat yang menyewakan alat photograhy dengan harga yang cukup terjangkau, jika kita tidak memiliki alat untuk menunjang untuk keperluan pekerjaan, maka silahkan sewa saja, sekaligus kita pelajari dan menjadi target untuk kita beli di kemudian hari.

Nilai investasi yang kita tanamkan disini juga berbeda-beda tergantung dari kamera atau lensa apa saja yang kita beli, tapi selain itu juga kita harus membeli alat pendukung seperti tripod, lampu flash, flash external, tas khusus untuk membawa lampu, tas kamera, tas tiang, alat transportasi, dll.

Sisihkan sebagian keuntungan untuk BEP
Modal yang kita investasikan tidaklah sedikit dan management bisnis harus benar benar kita terapkan, sisihkan sebagian keuntungan untuk balik modal atau BEP (Break Event Point), sehingga jika suatu hari alat kita rusak, maka kita memiliki dana untuk membeli yang baru, atau upgrade ke alat yang lebih bagus.

Memang mahal bagi sebagian orang, tapi jika kita berpikir jangka panjang ke depan, terus berani menginvestasikan dengan nilai yang besar, saya yakin modal yang ditanamkan akan kembali lagi jika kita konsisten dan fokus di bidang ini.


4. LEARNING BY DOING
Berbeda dengan fotografi lainnya seperti memotret model atau acara yang casual, setiap acara pernikahan itu berbeda.Setiap suku atau adat di Indonesia itu memiliki perbedaan untuk wedding photography nya, saya yang berada di Bandung tentu akan berbeda dengan rekan fotografer yang berada di malang atau di jogja, itu akan berbeda adat atau kebudayaan.

Pelajari susunan acara dan adat yang digunakan
Setiap acara wedding pasti berbeda, adat yang digunakan atau susunan acara yang berlangsung bisa tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Client orang Sunda dengan client orang Jawa tentu berbeda Adatnya, apalagi client orang Batak yang prosesi weddingnya bisa memakan waktu 12 jam. Persiapkan diri kalian dan pelajari susunan acara dengan baik, agar mampu menghandle dengan sempurna.


Satu hal yang harus kalian pelajari adalah learning by doing, kalian harus praktek dulu baru kalian dapat memahami inti dari Wedding Photography. Tidak harus belajar atau ikut ke fotografer lain jika memang tidak ada, kalian bisa melihat siapa tahu ada saudara atau teman yang menikah, kalian datang pagi-pagi ke acaranya lalu kalian memotret dengan kamera kalian layaknya seperti fotografer yang dibayar untuk mendokumentasikan acara tersebut. Tapi jangan sampai mengganggu fotografer utama yang di-hire oleh si pengantin, untuk meningkatkan skill kita, atau untuk memahami susunan acara dan situasi kondisi yang ada disana.

Dekati teman atau kenalan Photographer Wedding
Punya kenalan atau teman yang berprofesi sebagai photographer wedding? mintalah mereka untuk mengajak kita menjadi asistennya, jangan meminta honor uang karena pengalaman adalah honor kalian. Pelajari cara mereka bekerja dan teknik yang mereka gunakan saat mendokumentasikan acara wedding yang dapat kita terapkan nanti di job kita sendiri.

Dengan learning by doing itu kita akan semakin paham apa yang harus dilakukan, kedatangan pengantin pria, ada pidato penyerahan, ada khotbah nikah, ada akad, simbolis, itu harus learning by doing. Tidak bisa kita sok tau dalam acara pernikahan, kita harus memahami susunan acara dan adat yang ada di lingkungan itu, maka semakin baguslah hasil foto kalian nanti.


5. PEKA MOMENT DAN HAPAL SITUASI
Disini kita harus peka dengan moment karena harus aware dengan apa yang terjadi di sekitar kita, seperti moment pengantin mencucurkan air mata, kita harus dengan sigap memotret moment tersebut, jangan sampai kita cuek atau sibuk dengan handphone, update status dan yang terjadi adalah kalian melewatkan moment penting itu.

Jangan sampai melewatkan moment
Moment yang terlewat tidak akan dapat di ulang kembali, apalagi jika moment penting yang terlewat atau tidak terdokumentasikan dengan baik, maka client akan jelas marah dan complain kepada kita. Fokus dan selalu siap untuk memotret, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di lokasi dan pastikan kita mampu mendokumentasikannya dengan cepat dan baik.


Juga moment moment penting yang harus kita hapal seperti pengantin datang dari mana, tempat ijab kabul ada dimana, apa acara selanjutnya, jadi kalian harus bisa mengambil angle atau memposisikan kalian itu harus berada di mana. Harus aktif bertanya, baik kepada wedding organizernya, MC atau panitia, karena semakin kalian hapal dengan acara itu maka kalian akan semakin peka dan siap dengan moment yang akan terjadi.

Jangan menjadi photographer passif
Selalu aktif berkomunikasi dan supel adalah kewajiban, dekati pengantin dan ajak mereka bercanda agar mereka tidak canggung dengan kita, juga aktif berkomunikasi dengan panitia atau WO sangatlah penting agar kita dapat bekerja dengan baik. Wedding Photography adalah kerjasama dengan semua pihak, jika ada satu pihak yang tidak bekerja dengan baik, maka hasilnya tidak akan maksimal.

Kalian juga harus hapal dengan situasi, jangan sampai kita terkesan terlalu mengatur apa yang terjadi disana. Jangan sampai kita sebagai photographer mengatur orang lain, memang itu juga tugas kita sebagai panitia agar acaranya berjalan dengan baik, tapi kita juga harus sadar dengan posisi dan tugas kita adalah untuk mendokumentasikan acaranya, jangan sampai kita terlalu sibuk mengatur jalannya acara dan membuat hasil foto kita menjadi tidak bagus karena terlalu banyak teralihkan.


Powered by Blogger.